Senin, 09 November 2009

asal usul bangsa rejang

MOTTO
COA LAPUK KNO UJEN COA MELKANG KNO PANES,
SWARANG PATANG STUMANG,
NEGERI AMAN RAKYAT SEJAHTERA DIBAWAH PEMIMPIN YANG ADIL DAN BIJAKSANA.


ASAL USUL BANGSA REJANG
Bangsa Rejang adalah sekumpulan masyarakat yang mendiami Oderafling Lebong, Rejang, Lais, sebagian Orderafling Bengkulen, Orderafling Tebing Tinggi, Rawas serta sebagian Orderafling Musi Ulu (Alibudin, 2000). Penghuni asli Tanah Lebong adalah Bangsa Rejang. Bangsa Rejang memiliki huruf (aksara) sendiri yang disebut tulisan Rencong, yang menjadi pokok kata ka, ga, nga. Sedangkan bahasa Daerah Rejang adalah Bahasa Rejang.
Bangsa Rejang sejak dahulu kala, dibagi atas Empat Petulai atau Jurai yang satu persatu dinamai “Bang Mego” atau Marga. Menurut Dr. G.A. Wilken (1917), kata Marga berasal dari bahasa Sankskrit “Varga” yang artinya adalah satu bangsa dan famili, perkumpulan atau sekumpulan. Marga yang pertama kali berdiri adalah sebagai berikut :
1. Bang Mego (Marga) Tubai terletak di Desa Pelabai (Pelabi) Lebong.
2. Bang Mego (Marga) Jekalang (Jurukalang) terletak di Desa Suka Negeri (Topos).
3. Bang Mego (Marga) Selupuak terletak di Selupuh Batu Lebar Agung Rejang.
Raja dari marga itu bergelar Pasirah. Pasirah berasal dari kata Sanlskrit “Sirah” yang berarti Kepala Dusun/Desa atau Kepala Kumpulan (Opperhoofd). Pesirah yang pertama kali mengepalai dari keempat Bang (Marga) di dareah Rejang adalah sebagai berikut :
1. Tuan Biku sepanjang jiwo (Tubei).
2. Tuan Biku Bermano (Bermani).
3. Tuan Biku Bembo (Jekalang), Topos.
4. Tuan Biku Bejenggo (Selupu).
Beberapa dari keturuanan keempat Biku tersebut pergi keluar Daerah Tanah Lebong, kemudian mendirikan beberapa desa yang kemudian desa-desa itu bersatu menjadi sebuah perserikatan atau Marga. Dengan adat dan Marga (Bang) yang sama dari tempat asal mereka datang.

Minggu, 06 September 2009

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU INDIVIDU DALAM MEMELIHARA KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUS

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU INDIVIDU DALAM MEMELIHARA KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUS KABUPATEN LEBONG PROPINSI BENGKULU PROPINSI TAHUN 2009


Naskah publikasi ini diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan dalam mencapai derajat

Sarjana Kesehatan Masyarakat


Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik



















Oleh

DHENDI NOVIANTO SAPUTRA

NIM 05029111





PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2009


NASKAH PUBLIKASI


HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU INDIVIDU DALAM MEMELIHARA KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUS KABUPATEN LEBONG PROPINSI BENGKULU PROPINSI TAHUN 2009


Disusun Oleh


DHENDI NOVIANTO SAPUTRA

NIM 05029111


Naskah publikasi ini diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai derajat

Sarjana Kesehatan Masyarakat



Yogyakarta, 21 Agustus 2009





Dosen Pembimbing I


Dosen Pembimbing II








Dra. Sitti Nur Djannah, M.Kes.





Isti Ken Utami, S.KG.


Mengetahui,

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat






Dra. Sitti Nur Djannah, M.Kes.

NIP. 131 862 263



LEMBAR PERSETUJUAN

NASKAH PUBLIKASI


Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi (dari hasil penelitian skripsi saya) diserahkan ke pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan belum pernah dipublikasikan di tempat lain dan bersedia untuk dipublikasikan dengan syarat nama saya tercantum di dalam naskah publikasi tersebut.





Yogyakarta, 8 Agustus 2009

Penulis




Dhendi Novianto Saputra


























HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU INDIVIDU DALAM MEMELIHARA KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPUS KABUPATEN LEBONG PROPINSI BENGKULU PROPINSI TAHUN 2009


Dhendi Novianto Saputra, Sitti Nur Djannah, Isti Ken Utami

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad dahlan

Jln. Prof.Dr.Soepomo, Janturan, Warungboto, Yogyakarta Tel. (0274) 381523, 379418

Email : info @ uad .ac.id


INTISARI

Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu indikator derajat kesehatan karena merupakan bagian integral dari kesehatan manusia seutuhnya. Prevalensi karies gigi di Indonesia, Bengkulu, Kabupaten Lebong, Tapus masih tergolong tinggi hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut meliputi sikap dan perilakau dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, mencegah penyakit gigi mengatasi keluhan sakit, memilih makan yang dapat memelihara kesehatan gigi, karena alasan ini upaya kuratif saja tidak cukup, akan tetapi diperlukan juga upaya promotif, preventif dan rehabilatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dan untuk mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu Tahun 2009.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah penderita karies gigi yang telah didiagnosis oleh dokter atau petugas kesehatan setempat yang berjumlah 96 orang, menggunakan data primer dan data sekunder. Pengukuran sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat.

Hasil: Ada hubungan yang bermakna antara sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas sebesar RR = 1,690, p = 0,001 dan 95% CI : 1,244 – 2,295. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus sebesar RR = 2,608, p = 0,002 dan 95% CI : 1,671 – 4,069.

Kesimpulan: Sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Tapus tergolong baik akan tetapi perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah, ada hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu Tahun 2009.


Kata Kunci : Karies Gigi, Sikap Individu, Perilaku Individu.


ABSTRACT

Background: . Mouth and dental hygiene is one of the health degree indicators because it was an integral part of the whole human’s health. The caries prevalence in Indonesia, Bengkulu, Lebong Regency, Tapus Village was still high, this influenced by the less of people awareness to the mouth and dental hygiene including an attitude and behavior in keeping mouth and dental hygiene, prevent a tooth disease, overcome a toothache complaint, choice a food that could keep the dental hygiene, for this reasons an curative effort only was not enough, but also required promotion effort, preventive and rehabilitative. This research was aimed to indentify the individual attitude and behavior in keeping mouth and dental hygiene, and the relationship between individual attitude and behavior in keeping mouth and dental hygiene with caries occurrence in Puskesmas Tapus working area of Lebong Regency of Bengkulu Province in 2009.

Method: This research was using observational analytic with cross sectional design. The sample was the diagnosed caries sufferer by physician or local health officer in total of 96 people, using primary and secondary data. The measurement of individual attitude and behavior in keeping mouth and dental hygiene was using a questionnaire. The data analysis was using univariate and bivariate.

Result: There is a means relationship between individual attitude in keeping mouth and dental hygiene with caries occurrence in Puskesmas Tapus working area i.e. RR = 1.690, p = 0.001 and 95% CI : 1.244 – 2.295. There is a means relationship between individual behavior in keeping mouth and dental hygiene with caries occurrence in Puskesmas Tapus working area i.e. RR = 2.608, p = 0.002 and 95% CI : 1.671 – 4.069.

Conclusion: The individual attitude in keeping mouth and dental hygiene in Puskesmas Tapus working area ranks good but the individual behavior was still very low, there is a significant relationship between individual attitude and behavior in keeping mouth and dental hygiene with caries occurrence in Puskesmas Tapus working area of Lebong Regency of Bengkulu Province in 2009.


Keywords: Caries, Individual Attitude, Individual Behavior.



PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan manusia seutuhnya yang berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas Sember Daya Manusia (SDM). Pembangunan manusia seutuhnya harus mencakup aspek jasmani, kejiwaan, spiritual, dan sosial serta kepribadian dan kejuangan yang ditujukan untuk mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, dan produktif serta mempunyai daya juang yang tinggi1.

Prevalensi karies gigi yang tinggi pada masyarakat di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena prevalensi karies dan penyakit periodontal mencapai 80 persen dari jumlah penduduk keadaan ini disebabkan oleh sikap dan perilaku masyarakat tentang pemeliharaan kesehatan gigi masih rendah2. Di Propinsi Bengkulu sendiri jumlah kasus karies gigi pada tahun 2007 sebanyak 13.569 orang3, di Kabupaten Lebong jumlah kasus karies gigi pada tahun 2008 sebanyak 391 orang4. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Tapus lebih dari 60 persen penduduk Desa Tapus mengalami karies gigi, selanjutnya di Puskesmas Tapus sendiri tahun 2008 sebanyak 141 orang yang mengalami karies gigi5.

Tingginya angka karies gigi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut yang meliputi sikap dan perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, mengatasi keluhan gigi sakit, mencegah penyakit gigi dan memilih makanan yang dapat memelihara kesehatan gigi. Melihat tingginya prevalensi karies gigi yang melanda masyarakat Indonesia maka perlu dipikirkan cara pencegahan yang optimal, karena pelayanan kuratif saja tidak mungkin memperbaiki derajat kesehatan gigi masyarakat, untuk itu diperlukan juga upaya promotif yang melibatkan peran serta masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan tidak melupakan upaya preventif serta rehabililatif.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dan untuk mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu Tahun 2009.





METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional, rancangan cross sectional6. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu tahun 2009 yang dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2009. Populasi penelitian ini yaitu seluruh pasien yang berkunjung di poli gigi wilayah kerja Puskesmas Tapus. Sampel dalam penelitian ini adalah penderita karies gigi yang telah didiagnosis oleh dokter atau petugas kesehatan setempat pada bulan Juni sampai Juli 2009.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel tanpa acak (non probability sampling) dengan pendekatan consecutive sampling7. Adapun kriteria insklusi untuk kelompok yang mengalami masalah yaitu :

a. Pasien yang didiagnosa dokter menderita Karies

b. Berusia 20-50 tahun

c. Bersedia menjadi responden.

d. Tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tapus.

Sedangkan kriteria insklusi untuk kelompok yang tidak mengalami masalah yaitu :

a. Pasien selain penderita karies gigi di Poli gigi wilayah kerja Puskesmas Tapus

b. Usia 20-50 tahun

c. Bersedia menjadi responden

d. Tempat tinggal masih dalam wilayah kerja Pusksemas Tapus.

Kriteria eksklusinya adalah pasien yang menolak untuk dijadikan sampel

Besar sampel penelitian ditentukan dengan rumus sebagai berikut8.

Berdasarkan hasil perhitungan didapat jumlah sampel pada penelitian ini adalah 96 orang.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah pengumpulan data primer dan data sekunder.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, meliputi indentitas responden, sikap individu dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Pengukuran sikap dilakukan atas dasar skala Likert dengan alternative jawaban yang disediakan ada 4 (Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju).Tidak baik : bila skor <>

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang bertujaun untuk mendapatkan gambaran distribusi subjek penelitian serta untuk mendiskripsikan masing-masing variabel dengan menggunakan program komputer dan analisis bivariat untuk melihat hubungan variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen). Uji statistik yang digunakan adalah chi square (X2), dengan p <>Risiko Relatif (RR) dengan CI 95 persen.

HASIL PENELITIAN

Puskesmas Tapus terletak di kecamatan Topos Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu dengan luas 128,5 Km2. Mata pencaharian penduduk mayoritas petani. Karakteristik responden dalam penelitian ini jumlah responden sebesar 96 pasien diambil dari Poli gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus berdasarkan kriteria inklusi, golongan umur terbanyak pada kelompok 26-30 tahun yaitu 31 responden, sedangkan kelompok umur yang paling sedikit adalah kelompok umur 41- 45 tahun sebesar 7 responden. responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 59 (61,5 persen) responden.

Berdasarkan hasill analisis univariat yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran umum tiap-tiap variabel penelitian dapat diketahui status karies gigi dari 96 responden yang diteliti sebesar 59 responden (61,5 persen) menderita karies gigi, sedangkan yang tidak menderita karies gigi sebesar 37 responden (38,5 persen).

Berdasarkan hasil analisis univariat sikap responden dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut bahwa dari 96 responden yang diteliti, responden yang memiliki sikap yang baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap yang tidak baik yaitu sebesar 58 (60,4 persen) responden yang memiliki sikap yang baik sedangkan responden yang memiliki sikap yang tidak baik berjumlah 38 (39,6 persen) responden.

Berdasarkan analisi univariat perilaku responden dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut dari 96 responden yang diteliti, responden yang memiliki perilaku yang tidak baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki perilaku yang baik yaitu sebesar 53 responden (55,2 persen) memiliki perilaku yang tidak baik dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut, sedangkan responden yang memiliki perilaku yang baik dalam memelihara kebersihan gigi dan mulut berjumlah 43 responden (44,8 persen).

Berdasarkan hasill analisis bivariat yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan variabel bebas dengan variabel terikat berdasarkan distribusi sel-sel yang ada. Maka diketahui hubungan sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus tahun 2009 pada tabel berikut ;


Tabel 1. Hubungan sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus Tahun 2009

Sikap Individu

Kejadian karies gigi


Total


P value


RR (95%CI)

Ya

Tidak

n

%

n

%

n

%

Tidak baik


Baik

31


28

32,3


29,2

7


30

7,3


31,2

38


58

39,6


60,4


0,001


1.690

(1.244 - 2.295)

Total

59

61,5

37

38,5

96

100



Hasil penelitian didapatkan bahwa 38 responden (39,6 persen) yang memiliki sikap yang tidak baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, terdapat 31 responden (32,3 persen) yang menderita karies gigi, sedangkan dari 58 responden (60,4 persen) yang memiliki sikap yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, terdapat 28 responden (29,2 persen) yang menderita karies gigi. Dari hasil tersebut secara persentase, responden yang memiliki sikap yang tidak baik dalam memeliharan kesehatan gigi dan mulut lebih banyak menderita karies gigi dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 pada α = 5 persen, berarti dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. Adapun besarnya risiko dapat dilihat dari nilai RR = 1,690 (95% CI : 1.244-2.295) artinya responden yang memiliki sikap yang tidak baik mempunyai risiko menderita karies gigi 1,690 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dan secara statistik bermakna.

Berdasarkan hasill analisis bivariat yang dilakukan diketahui hubungan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas tahun 2009 pada tabel berikut ;




Tabel 2. Hubungan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus Tahun 2009

Perilaku individu

Kejadian karies gigi

Total


P value


RR (95%CI)

Ya

Tidak

n

%

n

%

n

%

Tidak baik


Baik

45


14

46,9


14,6

8


29

8,3


30,2

53


43

55,2


44,8


0,000


2,608

(1,671 - 4,069)


Total

59

61,5

37

38,5

96

100



Hasil penelitian didapatkan bahwa 53 responden (55,2 persen) yang memiliki perilaku yang tidak baik dalam memelihara kesehehatan gigi dan mulut, terdapat 45 responden (46,9 persen) yang menderita karies gigi, sedangkan dari 43 responden (44,8 persen) yang memiliki perilaku yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, terdapat 14 responden (14,6 persen) yang menderita karies gigi. Dari hasil tersebut secara persentase, responden yang memiliki perilaku yang tidak baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut lebih banyak menderita karies gigi dibandingkan dengan responden yang memiliki perilaku yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000 pada α = 5 persen, berarti dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. Adapun besarnya risiko dapat dilihat dari nilai RR = 2,608 (95% CI : 1,671 – 4,069) artinya responden yang memiliki perilaku yang tidak baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut mempunyai risiko menderita karies gigi 2,608 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki perilaku yang baik dalam memelihata kesehatan gigi dan mulut dan secara statistik bermakna.


PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapat 96 responden yang diteliti sebesar 59 responden (61,5 persen) menderita karies gigi, sedangkan yang tidak menderita karies gigi sebesar 37 responden (38,5 persen). Hasil ini menunjukkan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus masih cukup tinggi. Adapun faktor risiko yang diteliti dalam penelitian ini adalah sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Hal ini sejalan dengan penjelasan Nototmodjo (2003), sikap yang telah ada pada individu akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yang berupa tindakan9. Sikap belum sebagai suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka10.

Perilaku manusia merupakan hasil dari pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan. Perilaku kesehatan gigi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang ada di dalam diri individu dan faktor yang ada di luar individu. Begitu juga menurut Herijulianti (2002), ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan11.

Sampel penelitian hubungan antara sikap dan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Tapus tahun 2009 lebih banyak menderita karies gigi dari pada yang tidak menderita karies gigi hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya status ekonomi masyarakat yang masih rendah, kurangnya pendidikan gigi, rendahnya pengetahuan masyarakat serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut yang meliputi sikap dan perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, mengatasi keluhan gigi sakit, mencegah penyakit gigi dan memilih makanan yang dapat memelihara kesehatan gigi.


Hubungan sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi

Hasil penelitian didapatkan bahwa 38 responden (39,6 persen) yang memiliki sikap yang tidak baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, terdapat 31 responden (32,3 persen) yang menderita karies gigi, didapatkan nilai p = 0,001 pada α = 5 persen, berarti berarti dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. Adapun besarnya risiko dapat dilihat dari nilai RR = 1,690 (95% CI : 1.244-2.295) artinya responden yang memiliki sikap yang tidak baik mempunyai risiko menderita karies gigi 1,690 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dan secara statistik bermakna.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saktinaga (2009), yang menunjukkan adanya hubungan antara sikap individu dengan kejadian karies gigi (p=0,000)12. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edi (2003), yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara sikap dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi (p= 0,001)13.

Notoadmodjo (2005) mengatakan dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran dan emosi memegang peranan penting14. Seseorang dapat berfikir dan berusaha supaya kebersihan gigi dan mulut dapat terjaga dengan baik sehingga terbebas dari karies gigi. Dalam berfikir komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga seseorang mempunyai kecenderungan untuk bertindak untuk melakukan pencegahan karies gigi. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa niat responden untuk bertindak tersebut tidak sampai dilakukan sehingga prevalensi karies gigi masih tetap tinggi. keadaan ini berarti perlu adanya dorongan oleh tokoh masyarakat dan petugas kesehatan setempat agar masyarakat dapat secara maksimal dalam melakukan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut sehingga bisa terhindar dari karies gigi.

Minat atau keinginan agar gigi dan mulutnya tetap sehat akan menimbulkan sikap individu yang mendukung dalam hal pemeliharaaan kesehatan gigi dan mulut, karena dengan adanya minat akan timbul motivasi dari individu untuk menentukan sikap dalam hal pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya seperti dikatakan oleh Herijulianti (2002) bahwa minat seseorang akan mendorong orang tersebut untuk bersikap dan berbuat sesuai keinginannya. Budiharto (2000) menyatakan sikap sebagai hasil belajar selalu dihubungkan dengan objek seperti manusia dan sikap muncul sebagai akibat adanya hubungan dengan manusia lainya. Wiryo (2003) mengatakan bahwa sikap yang mendasari tingkah laku seseorang akan memberikan “warna” terhadap perbuatan itu, sehingga pihak-pihak yang menerima hasil akan merasa puas selanjutnya sikap dapat berubah karena pengaruh keinginan misalnya suatu pengalaman yang sangat membekas dalam jiwanya yang tidak dapat dilupakan selama hidupnya tentu akan merubah sikap selama hidupnya pula15.


Hubungan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi

Hasil uji statistik hubungan perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut hasil penelitian didapatkan bahwa 53 responden (55,2 persen) yang memiliki perilaku yang tidak baik dalam memelihara kesehehatan gigi dan mulut, terdapat 45 responden (46,9 persen) yang menderita karies gigi, didapatkan nilai p=0,000 pada α = 5 persen, berarti dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi. Adapun besarnya risiko dapat dilihat dari nilai RR = 2,608 (95% CI : 1,671 – 4,069) artinya responden yang memiliki perilaku yang tidak baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut mempunyai risiko menderita karies gigi 2,608 kali dibandingkan dengan responden yang memiliki perilaku yang baik dalam memelihata kesehatan gigi dan mulut dan secara statistik bermakna.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Astoeti dan Boesro (2003) bahwa perilaku memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi seseorang, semakin baik perilaku kesehatan gigi dan mulut maka semakin rendah status karies gigi16. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2006), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi (p = 0,000)17. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hoesin (2003) yang menunjukkan perilaku dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi (p= 0,001)18. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edi (2003), yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perilaku dengan kejadian karies gigi (p= 0,002).

Menurut Sulistiadi dan Ihsan (2000), ada banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut yaitu faktor pelayanan kesehatan, lingkungan, pengetahuan, sikap dan perilaku dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dari keempat faktor tersebut perilaku mememiliki peran penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seseorang. Adanya perilaku yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dapat mencegah dan menurunkan risiko terjadinya penyakit gigi khususnya karies.


KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa :

  1. Masyarakat yang memiliki sikap yang baik lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki sikap yang tidak baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Tapus tahun 2009.

  2. Masyarakat yang memiliki perilaku yang tidak baik lebih banyak dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki perilaku yang baik dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Tapus tahun 2009.

  3. Ada hubungan yang bermakna antara sikap individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus.

  4. Ada hubungan yang bermakna antara perilaku individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian karies gigi di wilayah kerja Puskesmas Tapus.


SARAN

Berdasarkan hasil penelitian peneliti mengharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong dan petugas kesehatan di Puskesmas Tapus perlunya upaya penyuluhan berkesinambungan kepada masyarakat mengenai faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi, meningkatkan lagi upaya promotif, seperti peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, misalnya memilih makanan yang dapat memelihara kesehatan gigi, dan upaya preventif kepada masyarakat Desa Tapus seperti menganjurkan masyarakat mengosok gigi sebelum tidur dan setelah makan agar sikap yang baik dari individu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut di Desa Tapus dapat dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi supaya menjadi lebih baik lagi sehingga rasa bertanggung jawab yang berwujud perilaku dalam masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut meningkat seiring dengan berkembangnya sikap.


KEPUSTAKAAN

  1. Departemen Kesehatan, RI, 1999, Kesehatan Gigi dan Mulut, Profil Indonesia Sehat 2010, Jakarta.

  2. Budiharto, 2000, Perencanaan Pendidikan Kesehatan Gigi melalui Pendekatan Analisan Komponen yang Terlibat, Jurnal Universitas Indonesia, Jakarta.

  3. Dinkes Kota Bengkulu, 2007, Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Propinsi Bengkulu Tahun 2007, Bengkulu.

  4. Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, 2007, Profil Kesehatan Propinsi Bengkulu Tahun 2007, Bengkulu.

  5. Purba, M., 2009, Laporan Tahunan Puskesmas Tapus, Puskesmas Tapus, Bengkulu.

  6. Murti, B., 2003, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

  7. Sastroasmoro, S., 2002, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV. Sagung Seto, Jakarta.

  8. Lemeshow, S., Hosmr, Jr.D.W., Klar, J., (1997) Besar Sampel Daam Penelitian Kesehatan, Penerjemah Pramono, D., Gadjah Mada University press Yogyakarta.

  9. Notoatmodjo, S., 2003, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Cetakan ke-2, Rineka Cipta, Jakarta.

  10. Sukowati, S., 2003, “Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat “, Media Litbang Kesehatan, Volume XII Nomor 2 Tahun 2003, Hal. 31-37.

  11. Herijulianti, E., 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC, Jakarta.

  12. Saktinaga, O. A., 2009, “Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Hepatitis B dengan Sikap dalam Upayanya Pencegahan Penularannya dalam Perawatan Gigi DAN Mulut pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik FKG UGM”, Skripsi, FKG UGM, Yogyakarta.

  13. Edi, I. S., 2003, Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Sikap dan Perilaku Individu terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut, Skripsi, UGM, Yogyakarta.

  14. Notoatmodjo. S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

  15. Wiryo, H., 2003, “Gerakan Mengubah Perilaku dan Penajaman Program Prioritas Kesehatan sebagai Upaya Inovasi untuk Menurunkan AKB di NTB “, Hasil Studi Lapangan : Internet Email Siu Tao.com, diakases pada tanggal 14 Juli 2009, Yogyakarta.

  16. Astoeti, T. E., Boesto, S., 2003, “Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Murid-Murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) SKI Jakarta”, Dentika Dental Juornal, FKG Trisakti, Jakarta.

  17. Dewi, A. P., 2006, “Hubungan antara Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi Anak Panti Asuhan Santa Maria Ganjuran di Kabupaten Bantul DIY”, Skripsi, FKG UGM, Yogyakarta.

  18. Husein, S., 2003, “Pengaruh Perilaku dalam Kehatan Gigi pada Kelompok Usia 12 Tahun Terhadap Keparahan Karies”, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 10 (Edisi Khusus) : 531-536.